Jumat, Juli 05, 2013

Praktik Laboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice)



Sumber gambar: ditjennak.deptan.go.id
Praktik laboratorium yang baik merupakan suatu cara pengelolaan laboratorium secara keseluruhan supaya laboratorium dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya kebenarannya dengan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan. Praktik ini mencakup banyak hal, di antaranya organisasi, fasilitas, tenaga, metode analisa, pelaksanaan analisa, monitoring, pencatatan, pelaporan, kondisi laboratorium, dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya yaitu perawatan sampel, perawatan sampel biohazard/reagen, dan pencegahan kontaminasi yang akan dibahas lebih lanjut.

Sebuah kunci untuk praktik di laboratorium secara sukses adalah pengambilan sampel secara tepat, serta penanganan dan penyimpanan sampel yang diambil. Darah, plasma, serum, dan urine merupakan contoh sampel biologi. Berikut contoh tata cara pengambilan sampel dan penyimpanan sampel yang berupa serum.
1)      Kumpulkan darah vena dalam jumlah yang cukup dengan menggunakan tabung reaksi (yang tidak mengandung antikoagulan seperti heparin, EDTA dan  sodium citrate).
2)  Biarkan darah membeku pada suhu ruang selama 30 menit, kemudian lakukan  sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
3)      Berikan identitas yang jelas pada sampel serum yang diperoleh.
4)   Jika sampel serum tidak segera digunakan, simpan sampel pada  suhu 2-8 °C. Untuk penyimpanan lebih dari 3 hari, sampel dianjurkan disimpan pada suhu beku dan saat akan digunakan, adaptasikan terlebih dahulu pada suhu kamar.
5)  Sampel serum yang mengandung endapan (precipitate) dapat memberikan hasil yang tidak konsisten.

Sampel biohazard dan reagen termasuk bahan yang berbahaya. Kedua sampel tersebut hendaknya disimpan dan dibuang dengan cara yang benar. Biohazard adalah organ atau zat yang berasal dari organisme yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia (patogen dan toksik). Hal ini mencakup limbah medis, sampel virus, mikroorganisme atau racun (dari sumber biologis), yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan hewan. Saat menyentuh sampel biohazard baiknya menggunakan alat pelindung. Sampel biohazard yang diberi perlakuan atau yang akan dibuang harus diberi label atau simbol risiko biologis guna memberikan peringatan agar mereka yang berpotensi terkena zat-zat tersebut dapat mengambil tindakan pencegahan. Sebelum dibuang, biohazard harus diberikan perlakuan, di antaranya sebagai berikut.
1.      Insenerasi menggunakan insenerator.
2.  Sterilisasi dengan waktu dan suhu yang cukup untuk menghancurkan agen yang menular (autoclaving).
3.      Pencuci hamaan untuk menghancurkan agen menular.
Reagen atau pereaksi adalah suatu zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau ditetapkan untuk tujuan analisis atau percobaan. Reagen ada yang berbentuk padatan atau serbuk ada pula yang berbentuk cairan. Reagen harus disimpan dalam suatu wadah atau tempat yang memiliki kriteria di mana apabila reagen tersebut disimpan di dalamnya, reagen awet dan terjaga dari efek negatif yang mungkin ditimbulkannya. Selain itu, reagen juga harus disimpan sesuai dengan sifat reagen masing-masing, misalnya berbahaya, korosif, atau eksplosif. Berikut beberapa contoh pewadahan reagen.
1.   Botol gelas berwarna gelap, digunakan untuk menyimpan reagen yang mudah rusak bila terkena paparan sinar matahari langsung, misalnya H2SO4 dan NaOH. Warna gelap pada botol dapat menghalangi kontak langsung sinar matahari dengan reagen.
2.    Botol gelas transparan, digunakan untuk menyimpan reagen yang berwarna dan tidak mudah rusak bila terkena paparan sinar matahari langsung.
3.   Almari asam, digunakan untuk menyimpan reagen asam yang mempunyai sifat kuat dan korosif.
4.      Almari basa, digunakan untuk menyimpan reagen basa yang mempunyai sifat kuat dan korosif.
5.  Kotak logam tahan api, digunakan untuk menyimpan reagen yang mudah terbakar, misalnya asam asetat, methanol, ethanol, ether.
Reagen-reagen di laboratorium perlu diberikan keterangan yang mencakup; nama jenis reagen, merek, fungsi, tanggal pengadaan (produksi), peringatan khusus terkait de­ngan bahaya, dan tanggal kadaluarsa. Waktu batas kadaluarsa yang umum tergantung jenis medianya, umunya berkisar antara 3 sampai 5  tahun. Perlu diperhatikan pula, bahwa tempat penyimpanan reagen harus selalu ditutup dengan baik (hermetis) supaya zat kimia tidak terkena kelembaban udara dan jamur tidak dapat tumbuh.

Kontaminasi ataupun pencemaran di laboratorium perlu dihindari. Salah satu caranya adalah dengan melakukan tindakan preventif (pencegahan). Tindakan pencegahan sangat penting untuk dilakukan mengingat akan teknik modern yang memiliki tingkat kesensitifan yang ekstrem, seperti PCR yang menyediakan deteksi molekul tunggal. Perlu diingat pula bahaya akan radioaktivitas dan risiko kontaminasi personal dari mikroorganisme patogen. Tindakan preventif secara personal dapat dilakukan dengan cara memakai mantel/jas praktik, sarung tangan, kacamata pelindung, masker, kerudung kepala; bekerja di belakang perisai radioaktivitas; membersihkan tempat kerja sebelum dan sesudahnya dengan suatu pembersih yang tepat untuk aplikasi yang digunakan (seperti: kultur sel sampel patogenik). 

Jenis kontaminasi dapat bermacam-macam rupanya, begitu pula dengan pencegahannya. Berikut beberapa jenis kontaminasi dan upaya pencegahannya.
·         Kontaminasi pipet ke sampel
Penyebab: menggunakan tip atau pipet yang sudah terkontaminasi.
Pencegahan: membersihkan dan mensterilkan bagian pipet yang kontak dengan sampel, menggunakan tip steril dan mengganti tip setiap berganti sampel.
·         Kontaminasi sampel ke pipet
Penyebab: sampel atau aerosol dari sampel kontak memasuki bagian pipet. Pencegahan: untuk mencegah sampel (cairan memasuki pipet): tidak terlalu memiringkan pipet, menyimpan selalu pipet secara vertikal, menyedot cairan dengan perlahan, dan untuk mencegah kontaminasi aerosol: menggunakan filter tip atau pipet positive-displacement.
·         Kontaminasi sampel ke sampel (sample carryover)
Penyebab: menggunakan tip bekas untuk sampel yang berbeda.
Pencegahan: mengganti tip setiap  berganti sampel.

Dengan adanya informasi di atas, diharapkan pengguna atau pengelola laboratorium  dapat menerapkan prinsip “praktik laboratorium yang baik” dalam laboratorium masing-masing meski dengan segala kekurangannya.

Daftar Pustaka
Anonim. Petunjuk Teknis, diakses dari http://www.pppl.dpkes.go.id.
Anonim. 2013. DBD, diakses dari http://ekarielanalis.blogspot.com.
Anonim. 2013. Manajemen Laboratorium: Praktik Laboratorium yang Baik, diakses dari http://angga.staff.ipb.ac.id tanggal 3 Mei 2013. Alih bahasa: Soemanto Imamkhasani.
Moran, Lisa dan Tina Masciangioli. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia: Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak. The National Academies Press: Washington.
Patarihan, Yuma. 2012. Penyimpanan dan Pewadahan Reagen, diakses dari http://yuma-patarihan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, berikan tanggapan Anda akan tulisan/gambar di blog ini untuk perbaikan yang lebih sempurna. Thank's