A.
Definisi,
Ciri-ciri, Fungsi, dan Klasifikasi
Hormon
Hormon adalah zat kimia yang terbentuk dalam satu organ atau bagian tubuh
dan dibawa dalam darah ke organ atau bagian di mana mereka menghasilkan efek
fungsional. Hormon membawa pesan dari kelenjar kepada sel-sel untuk
mempertahankan tingkat bahan kimia dalam aliran darah yang mencapai homeostasis.
Hormon memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1.
Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel
kelenjar endokrin dalam jumlah sangat kecil.
2.
Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang
terdapat di sel-sel target.
3.
Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
4.
Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel
target, tetapi dapat pula memengaruhi beberapa sel target yang berlainan.
Istilah Hormon berasal dari kata Yunani “horman” yang berarti
menggairahkan, membangkitkan, atau menggerakkan. Hal ini mencerminkan peran
hormon yang bertindak sebagai katalis untuk perubahan kimia lainnya pada
tingkat sel yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan energi. Hormon
beredar bebas dalam aliran darah, menunggu untuk dikenali oleh sel target yang
menjadi tujuan mereka. Sel target memiliki reseptor yang hanya dapat diaktifkan
dengan jenis hormon tertentu. Setelah diaktifkan, sel tahu untuk memulai fungsi
tertentu, misalnya mengaktifkan gen atau memproduksi energi kembali.
Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya, hormon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
1.
Peptida/protein
Hormon peptida memiliki tiga sampai
lebih dari 200 residu asam amino, termasuk hipotalamus dan pituitari, demikian
juga insulin dan glokagon dari pankreas.
Kelompok hormon ini disekresikan oleh sebagian besar kelenjar endokrin.
2.
Amina
Hormon amina yaitu senyawa-senyawa
kecil yang larut di dalam air, terdiri dari kelompok amino, termasuk adrenalin
dari medulla adrenal dan hormon-hormon tiroid. Kelompok hormon ini disekresikan
oleh kelenjar tiroid dan medula adrenal.
3.
Steroid
Hormon steroid berasal dari
kolesterol dan disekresikan oleh korteks adrenal vertebrata (androgen dan
estrogen), ovarium, testis, dan
plasenta. (Lehninger, 1982; Soewoto:2009)
B.
Hormon
Insulin
1. Definisi, Struktur, dan Fungsi Insulin
Insulin
merupakan sejenis hormon peptida yang dihasilkan oleh sel beta dari Langerhans
pankreas. Sel beta adalah sejenis sel yang terdapat dalam kelompok sel yang
digelar membentuk pepulau (islet of)
Langerhans dalam pankreas (Indah: 2004, Wilcox:2005).
Struktur asam amino insulin manusia |
Fungsi utama insulin ialah pengawalan keseimbangan
tahap glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan pengambilan glukosa oleh
sel badan. Kegagalan badan untuk menghasilkan insulin akan menyebabkan glukosa
tidak dapat masuk ke dalam dan digunakan oleh sel-sel tubuh. Peningkatan
glukosa dalam darah akan menyebabkan penyakit kencing manis yang dikenal
sebagai diabetes melitus (Indah, 2004).
2. Reseptor insulin
Reseptor
adalah molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum
memulai efek biologisnya. Reseptor dapat ditemukan pada permukaan (membran plasma) ataupun
intraseluler. Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan
sinyal pembentukan senyawa. Reseptor insulin berupa heterotetramer (α2β2) yang
mana terikat lewat ikatan disulfida yang multipel (Indah, 2004). Djoko, dkk (2010)
menambahkan bahwa reseptor insulin merupakan reseptor tirosin kinase. Reseptor
insulin memediasi aktivitasnya dengan memfosforilasi tirosin pada protein di
dalam sel. Protein substrat yang difosforilasi oleh reseptor insulin termasuk
protein yang disebut IRS-1 atau Insulin Receptor Substrate 1. Terfosforilasinya
ikatan IRS-1 akan meningkatkan afinitas molekul transporter glukosa di membran
luar jaringan yang responsif terhadap insulin seperti sel otot dan jaringan
lemak, sehingga meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel.
Reseptor
insulin dikode oleh gen yang disebut gen IRS 1. Gen IRS 1 ini terletak pada
kromosom 2q35–36.1 yang terdiri 2 ekson yang mengandung 64.538 basa. Kodon 927
terletak pada ekson 1. Molekul protein IRS 1 terdiri atas 1.242 residu asam
amino dengan berat molekul 131.592 kDa. Fungsi gen tersebut adalah menyandi
sintesis protein IRS 1 yang diekspresikan secara luas pada jaringan yang peka
insulin, yaitu otot skelet, hepar, jaringan adiposa, dan sel beta pankreas
(Djoko, dkk:2010).
3. Biosintesis Insulin
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin
(precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma kasar oleh sel beta.
Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga
terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung
(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim
peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang
keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel (Manaf:2006).
4.
Sekresi
insulin
Sekresi insulin adalah proses yang membutuhkan
energi dan melibatkan sistem mikrotubulus mikrofilamen dalam sel β pulau Langerhans. Sejumlah perantara (mediator)
terlibat dalam proses pelepasan insulin. Insulin disekresikan dalam sel β normal sebagai reaksi terhadap stimulus
glukosa dengan mode bifasik dengan lonjakan
dini (fase awal) yang diikuti dengan peningkatan sekresi insulin secara
progresif (fase kedua) sepanjang ada stimulus hiperglikemik.
Setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa.
Tahap pertama sekresi insulin adalah proses glukosa (masuk ke dalam sel) melewati
membran sel. Glukosa masuk ke dalam sel secara difusi dengan bantuan GLUT-2 glucose transporter. Glucose transporter adalah senyawa asam
amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses
metabolisme glukosa yang berfungsi sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk
dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Kemudian intraseluler glukosa
dimetabolisme (glikolisis dan fosforilasi) membentuk ATP. Molekul ATP yang
terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan
penutupan K channel pada membran sel. Pembentukan ATP yang telah berlangsung
akan mengakibatkan terjadinya peningkatan rasio ATP/ADP dan kadar glukosa
intraseluler yang tinggi menyebabkan depolarisasi membran sel serta menginduksi
penutupan KATP channel pada permukaan
sel. Kemudian diikuti oleh tahap pembukaan Cell-surface
voltage dependent Calsium channels (Ca
channel). Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca ke dalam sel β sehingga
menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel dan memicu exocytosis insulin. Selanjutnya molekul insulin masuk ke dalam
sirkulasi darah terikat dengan reseptor. Ikatan insulin dan reseptornya
membutuhkan GLUT-4 glucose transporter
untuk dapat masuk ke dalam sel otot danjaringan lemak, serta uptake glukosa dengan efisien, yang akhirnya menurunkan kadar
glukosa dalam plasma (Manaf:2006).
Sekresi insulin
Sumber:
http://eprints.undip.ac.id
|
a.
Glukosa
Peningkatan konsentrasi
glukosa dalam plasma merupakan faktor
fisiologik paling penting yang mengatur sekresi insulin. Konsentrasi ambang
bagi sekresi tersebut adalah kadar glukosa
puasa plasma (80-100 mg/dl) dan respon maksimal diperoleh pada kadar
glukosa yang berkisar dari 300 hingga 500 mg/dl. Dua buah mekanisme yang
berbeda pernah dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana glukosa mengatur sekresi
insulin. Salah satu hipotesis mengatakan bahwa pengikatan glukosa dengan
reseptor yang kemungkinan terletak pada membran sel β akan mengaktifkan mekanisme pelepasan.
Hipotesis kedua mengemukakan bahwa metabolit intrasel atau kecepatan aliran
metabolit lewat suatu lintasan seperti jalan
pintas pentosa fosfat, siklus asam sitrat atau pun lintasan glikolisis
turut terlibat. Ada bukti lewat
eksperimen yang mendukung kedua posisi.
b.
Faktor hormonal
Sejumlah hormon mempengaruhi
pelepasan insulin. Preparat agonis α adrenergik, khususnya epinefrin menghambat
pelepasan insulin, bahkan setelah proses pelepasan ini dirangsang oleh glukosa.
Preparat agonis β adrenergik merangsang
pelepasan insulin, yang mungkin dengan
cara meningkatkan cAMP intrasel. Pajanan yang terus menerus dengan hormon
pertumbuhan, kortisol, laktogen plasenta,
estrogen dan progestin dalam jumlah yang berlebihan juga akan
meningkatkan sekresi insulin. Karena
itu, sekresi insulin meningkat jelas selama
trimester terakhir kehamilan.
c.
Preparat farmakologi
Banyak obat merangsang sekresi
insulin, tetapi senyawa sulfonilurea digunakan paling sering untuk pengobatan
pada manusia.
5. Mekanisme Kerja Insulin
Insulin
berperan penting dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh
sel β pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena portal,
yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek
kerja insulin yaitu membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Akibatnya,
glukosa darah akan meningkat dan kebutuhan energi sel tubuh akan terpenuhi. Warta
Medika (2008) memaparkan bahwa saat dan setelah makan, karbohidrat yang kita
konsumsi akan segera dipecah menjadi gula dan masuk aliran darah dalam bentuk
glukosa. Glukosa adalah senyawa siap pakai untuk menghasilkan energi. Ketika
keadaan normal, tingginya kadar glukosa setelah makan akan direspon oleh
kelenjar pankreas dengan memproduksi hormon insulin. Adanya insulin, glukosa
akan segera masuk ke dalam sel Selain itu, dengan bantuan insulin, kadar
glukosa yang lebih dari kebutuhan akan disimpan di dalam hati (liver) dalam
bentuk glikogen. Jika kadar glukosa darah turun, misalnya saat puasa atau di
antara dua waktu makan, glikogen akan dipecah kembali menjadi glukosa untuk
memenuhi kebutuhan energi.
Di
samping itu, insulin juga memiliki pengaruh terhadap metabolisme, baik
metabolisme karbohidrat, lipid, maupun protein, serta mineral. Insulin akan
meningkatkan lipolisis, serta meningkatkan transpor asam amino masuk ke dalam
sel. insulin juga berperan dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA, dan
replikasi.
C.
Defisiensi
Insulin
Jika
jumlah insulin dalam tubuh seseorang sedikit, sel-sel tubuh akan kekurangan
bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana
seharusnya. Berikut beberapa kelainan yang dapat terjadi jika seseorang
kekurangan insulin.
1. Kelainan pada pankreas sehingga insulin tidak dapat
diproduksi. Keadaan ini disebut penyakit diabetes tipe 1.
2. Pankreas tetap dapat menghasilkan insulin, tetapi
jumlahnya tidak memadai, atau jumlah produksi insulin masih normal, tetapi sel
tubuh tidak dapat menggunakannya (resisten). Keadaan terakhir ini disebut
diabetes tipe 2 (Warta Medika, 2008).
Diabetes
tipe 1 maupun tipe 2, sama-sama mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa dalam
darah. Jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak diobati, akan timbul
berbagai komplikasi seperti kebutaan, kerusakan saraf, kerusakan ginjal, dan
luka yang tidak kunjung sembuh. Penderita diabetes tipe 1 biasanya mutlak
membutuhkan insulin. Berbeda halnya dengan diabetes tipe 2. Insulin baru
diberikan jika obat-obatan antidiabetes sudah tidak mempan lagi (Warta Medika,
2008).
Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, insulin dapat diperoleh dari
luar tubuh dan diproduksi secara massal melalui rekayasa genetika. Pada tahun
1978, para ilmuwan dari Genetch dan Duerte California Medical Center berhasil
melakukan kloning gen untuk insulin manusia. Dua tahun berikutnya, para peneliti
berhasil memasukkan gen manusia, yaitu gen pengkode produksi protein interferon
ke dalam bakteri. Tahun 1982, US FDA menyetujui obat pertama hasil rekayasa
genetika yaitu insulin yang diproduksi oleh bakteri.
D.
Daftar
Pustaka
Davidson.
2002. My Favorite Protein: Insulin,
diakses dari http://www.bio.davidson.edu
pada tanggal 14 Juli 2013.
Djoko,
dkk. 2010. Protein Reseptor Tirosin
Kinase (Insulin Reseptor Substrate 1 (IRS 1)), diakses dari http://id.shvoong.com pada tanggal 15 Juli
2013.
Hafiz,
Soewoto. 2009. Hormon-hormon yang
Berperan dalam Proses Metabolisme. Dep. Biokimia dan Biologi Molekuler
F.K.U.I
Indah,
Mutiara. 2004. Mekanisme Kerja Hormon.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, diakses dari http://www.usu.ac.id pada tanggal 31 Mei 2010.
Lehninger,
A.L. 1982. Dasar Dasar Biokimia.
Erlangga. Jakarta.
Manaf,
Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi
dan Aspek Metabolisme. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal 1890, diakses dari http://www.scribd.com pada tanggal 15 Juli
2013.
Prabawati, R. K.
2012. Mekanisme seluler dan Molekuler
Resistensi Insulin. Program Pascasarjana Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
Warta
Medika. 2008. Peran Hormon Insulin,
diakses dari http://www.wartamedika.com pada tanggal
31 Mei 2010.
Wilcox,
Gisela. 2005. Insulin and Insulin
Resistance. Clin Biochem Rev. 2005 May: 26(2): 19-39.
Http://eprints.undip.ac.id/30688/3/Bab_2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, berikan tanggapan Anda akan tulisan/gambar di blog ini untuk perbaikan yang lebih sempurna. Thank's